Studi: AI dalam Jurnalisme Menurunkan Tingkat Kepercayaan Pembaca

TREND TEKNOLOGI – Riset terkini dari University of Kansas (KU), Amerika Serikat, mengungkap dampak penggunaan kecerdasan buatan ( AI ) dalam jurnalisme. Semakin marak penggunaannya, tingkat kepercayaan pembaca terhadap kredibilitas berita makin menurun, meski kontribusi manusia tetap ada.

Studi tersebut, yang hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal Communication Reports and Computers in Human Behavior: Artificial Humans, menyoroti pentingnya transparansi dalam penggunaan AI dalam penulisan berita untuk menjaga kepercayaan pembaca. Penelitian ini dipimpin oleh Alyssa Appelman dan Steve Bien-Aimé dari William Allen White School of Journalism and Mass Communications, KU.

Mereka meneliti bagaimana pembaca menilai keterlibatan AI dalam artikel berita. Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan dengan Haiyan Jia dari Lehigh University dan Mu Wu dari California State University, tim peneliti memberikan artikel dengan lima variasi byline, mulai dari “ditulis oleh penulis staf” hingga “ditulis oleh kecerdasan buatan”, kepada sejumlah responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembaca cenderung meragukan kredibilitas berita jika mereka tahu ada keterlibatan AI. “Orang-orang memiliki pemahaman yang berbeda-beda tentang apa itu AI, dan ketika kita tidak jelas tentang apa yang dilakukan AI, mereka akan mengisi kekosongan itu dengan asumsi mereka sendiri,” jelas Appleman dalam penelitian tersebut, seperti dikutip Earth.com, Sabtu, 14 Desember 2024.

Dalam studi ini, meskipun beberapa artikel menyertakan kontribusi manusia, pembaca tetap menganggap artikel tersebut kurang kredibel jika melibatkan AI. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun AI dapat mempercepat proses pembuatan berita, pembaca mengutamakan transparansi dan kejelasan tentang siapa yang sebenarnya bertanggung jawab atas penulisan artikel tersebut.

Para peneliti juga menemukan bahwa para pembaca memprioritaskan sejauh mana keterlibatan manusia dalam artikel tersebut. “Yang terpenting bukanlah apakah itu AI atau manusia, tetapi seberapa banyak pekerjaan yang dilakukan oleh manusia,” imbuh Bien-Aimé.

Temuan ini menggarisbawahi pentingnya bagi jurnalis untuk lebih transparan dalam menjelaskan peran AI dalam proses penulisan berita. Hal ini karena ambiguitas atau kurangnya pengungkapan tentang keterlibatan AI berpotensi mengurangi kepercayaan pembaca terhadap berita yang mereka konsumsi.

Temuan Appelman dan Bien-Aimé juga menunjukkan kesenjangan dalam pemahaman pembaca tentang praktik jurnalistik. Keterlibatan AI, koreksi, pelatihan etika, atau bahkan bylines sering ditafsirkan berbeda oleh pembaca daripada yang dimaksudkan oleh jurnalis. Untuk menjembatani kesenjangan ini, para peneliti menekankan perlunya jurnalis dan pendidik untuk mengomunikasikan detail tentang bagaimana AI digunakan dalam produksi berita dengan lebih baik.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *